Shorinji Kempo berasal dari India. Aku baca dibuku Kyu IV, bahwa seorang pendeta Budha ke-28 yang bernama Dharma Taishi pindah tempat tinggal dari India, tepatnya di Baramon menuju daratan Tiongkok. Beliau menetap di kuil Siauw Liem Sie di provinsi Kwa Nam, yang kemudian kuil itu dikenal dengan sebutan Shorinji.
So Doshin seorang pemuda Jepang melarikan diri dari pasukannya karena tak paham dengan cara penjajahan Jepang dimasa Perang Dunia ke-II. Dia bertemu dengan seorang pendeta Budha dan ia dibawa ke kuil Shorinji. So Doshin memplajari langsung ilmu Shorinji Kempo dibawah asuhan Mahaguru ke-20, Wen Tay Son. Karena ketekunan dan keberhasilannya, dia diberi penghargaan sebagai Mahaguru ke-21. Setelah 17 tahun di kuil Shorinji, Mahaguru ke-21 ini kembali ke tanah airnya, Jepang. Dan membuat tempat latihan (Dojo) sendiri, di Tadotsu, propinsi Kagawa pulau Shikoku yang kini dikenal sebagai Pusat Shorinji Kempo.
Begitulah sejarah super singkatnya. Kalo mau lengkapnya, baca bukunya ya.. :)
Aku suka banget sama Kempo, meski dihalang-halangi sama orang tua aku tetap bersikeras ikut latihan Kempo. Menurut orang tua, anak perempuan itu nda boleh ikut beladiri. Karena pekerjaannya kelak hanya berhubungan dengan Ibu Rumah Tangga saja. Berhubung aku ini ikan salmon, yang namanya arus pasti kulawan. Jadi, aku pergi latihan diam-diam. Kadang berbohong, sampai aku lelah dengan kebohonganku sendiri. Akhirnya aku berhenti mengikuti latihan Kempo dan memutuskan untuk menurut pada orang tuaku. Aku selalu berusaha meyakinkan diriku, aku akan berhenti dari Kempo.
Berbohong pada orang lain mungkin terasa salah, tapi berbohong pada perasaan lebih merasa tersiksa.Ada falsafah dalam beladiri Kempo, "Taklukkanlah dirimu sebelum menaklukkan orang lain." Kemudian aku menggunakan ilmu itu. Jika aku belum bisa meluluhkan hatiku untuk berhenti latihan, maka aku nda bisa meluluhkan hati orang tuaku untuk membanggakan keputusanku.
Dalam Kempo diwajibkan 4 hasrat dan tujuan, beladiri, kuat fisik dan mental, olahraga untuk kesehatan dan menguasai diri. Aku jelaskan satu-satu pada orang tuaku. Aku harus bicara pada mereka, kalau aku selalu iri melihat teman-temanku yang lainnya bisa latihan dengan semangat. Aku juga ingin latihan bersama mereka. Rasa iri itu nda baik, berbohong pada hati sendiri pun berakibat buruk. Kadang, seorang anak yang banyak diatur, banyak dikekang, banyak ditindas mentalnya bisa jadi anak itu kelak akan memberontak hebat. Buktinya banyak sudah. Ahli psikologi pun sudah banyak kali menjelaskan itu pada orang tua.
Dalam suasana baik, aku mengajak mereka mengobrol. Awalnya memang terkesan tak setuju dari ekspresi mereka, tapi aku nda takut ... aku tetap menjelaskan betapa uniknya keinginan anak perempuan mereka ini, tolonglah didukung. Aku berhasil mengerti hatiku dan aku bisa mengerti hati orang tuaku. Mereka hanya khawatir jika sesuatu terjadi padaku. Tapi, syukurlah mereka menyetujuinya.
Perjuanganku buat mendapat persetujuan mereka tak serta merta seketika. Butuh proses, semua ada cara dan waktu yang tepat. Begitulah ucap guruku. Jatuh, bangun, terpeleset, merangkak, bangkit, berlari, keseleo, salah jalur, terluka, berlangsung begitu indah karena aku menikmati setiap detik dalam hidupku. Sebab dalam keseharian kita dimana ada kekuatan harus ada kebijaksanaan dan kebijaksanaan harus disertai kekuatan. Seperti lambang Manji dalam Kempo, "Kekuatan Tanpa Kasih Sayang Adalah Kezaliman, Kasih Sayang Tanpa Kekuatan Adalah Kelemahan."
Itu yang ingin kuceritakan, akhirnya setelah 2 tahun aku berhasil meyakinkan orang tuaku betapa aku suka sekali dengan beladiri Kempo. Jadi, kalau ada apapun lebih baik dikatakan dan dilakukan tindakan tanpa takut salah. Namanya juga belajar menjadi insan yang berusaha lebih baik dari waktu ke waktu.